Showing posts with label Cerita islamic. Show all posts
Showing posts with label Cerita islamic. Show all posts

Cerita Sedih Said bin Jubair Melawan Hajaj bin Yusuf ats-Tsaqafi

0
Haloo Remaja Gaul, ketika saya berselancar di internet saya menemukan kisah seorang ulama yang begitu menyentuh, simak saja percakapan dari artikel ini, penuh makna dan hidayah,


Al-Quran mendarah daging dalam tubuhnya. Al-Quran menjadi perhiasan hidupnya. Aktivitasnya bersanding dengan al-Quran. Beliau adalah Said bin Jubair rahimahullah. Murid terbaik Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhuma. Beliau mantan budak Bani Wabilah yang berasal dari Kufah. Berkulit hitam, namun berkepribadian putih cemerlang. Ulama tabiin tersohor, hingga Imam Ahmad  mengatakan,

والله لقد قتل سعيد بن جبير، وما أحد على الدنيا من المسلمين، إلا وهو بحاجة إلى علمه

‘Telah terbunuh Said bin Jubair. Padahal semua kaum muslimin penduduk bumi  membutuhkan ilmunya Said bin Jubair.’ (al-Bidayah wa an-Nihayah, 12/467).

Beliau meninggal dibunuh oleh Hajaj bin Yusuf ats-Tsaqafi. Manusia dari bani Tsaqif, yang diangkat sebagai gubernur untuk memimpin wilayah Mekah, Madinah, Thaif, dan Iraq. Dia dikenal penguasa sangat kejam, membunuh banyak ulama dan kaum muslimin. Dialah yang membunuh Abdullah bin Zubair Radhiyallahu ‘anhu, cucu Abu Bakr as-Shiddiq Radhiyallahu ‘anhu.

Said bin Jubair, dulu pernah menjadi buron negara bersama Abdurrahman Ibnul Asy’ats. Setelah Ibnul Asy’at berhasil ditangkap, Said melarikan diri ke Asfahan. Ketika tempat pelariannya diketahui, beliau pindah ke Mekah. Setelah diketahui keberadaanya, beliau tidak pindah. “Demi Allah, saya malu kepada Allah, ke mana saya harus lari, dan tidak ada tempat menghindari dari taqdir Allah.”

Setelah pasukan mengepung rumahnya Said, mereka mengetuk pintu dengan keras. Setelah Said membukakan pintu, dan memperhatikan wajah-wajah mereka, beliau mengatakan,

حسبنا الله ونعم الوكيل ، ماذا تريدون؟

“Kami pasrahkan kepada Allah, dan Dia sebaik-baik tempat bergantung. Apa yang kalian inginkan?”

“Hajjaj ingin ketemu kamu sekarang.” Jawab mereka.

“Tunggu sebentar.” Beliaupun mandi, memakai minyak wangi, minyak rambut, dan memakai kain kafannya. Lalu keluar rumah sambil berdoa,

اللهم يا ذا الركن الذي لا يضام، والعزة التي لا ترام، اكفني شرّه

Ya Allah, Dzat pemilik tempat berlindung yang tidak terkalahkan. Sang Pemilik kekuatan, tidak ada satupun yang mampu menggapainya.

Said menemui Hajjaj dalam keadaan sangat marah, beliau menyampaikan salam,

السلام على من اتبع الهدى

Keselamatan bagi mereka yang mengikuti jalan petunjuk.

Ini adalah salamnya Musa kepada Firaun.

“Siapa namamu?” tanya Hajjaj.

“Said bin Jubair.”

“Salah, kamu Syaqy bin Kasir. (orang celaka bin binasa).” Tukas Hajjaj.

“Ibuku paling tahu tentang namaku.”

“Kamu celaka, ibumu celaka.” Kata Hajjaj.

“Masalah ghaib (celaka di akhirat), hanya Allah yang tahu.” Jawab Said.

“Apa pendapatmu tentang Muhammad?” tanya Hajjaj.

“Nabiyul Huda, Imamul Rahmah (Nabi pembawa petunjuk, Pemimpin kasih sayang).”

“Apa pendapatmu tentang Ali?” tanya Hajjaj.

“Beliau telah menuju Allah, imam Huda (pemimpi kebenaran).”

“Lalu apa pendapatmu tentang diri saya?” tanya Hajjaj.

“Orang dzalim, yang akan bertemu Allah dengan menanggung darah kaum muslimin.”

“Bawakan emas dan perak.” Pinta Hajjaj.

Para pasukan datang membawa dua ember emas dan perak dan langsung dituang di depan Said.

“Apa-apaan ini, Hajjaj? Jika kamu hendak sedekahkan barang ini agar bisa menebus hukuman Allah, itu amal soleh bagimu. Jika ini harta yang kamu rampas dari si miskin dengan cara sombong, demi Allah, hari kiamat lebih menakutkan.”

“Bawakan alat musik dan gadis penyanyi.” Pinta Hajjaj.

Alat musik itu dimainkan di gadis sambil bernyanyi. Saidpun menangis hingga membasahi jenggotnya.

“Kamu kenapa? Kamu terenyuh.”

“Tidak. Tapi saya melihat gadis ini dipaksa melakukan sesuatu yang bukan tujuan dia diciptakan.”

“Mengapa kamu tidak ikut tertawa seperti kami?” tanya Hajjaj.

“Karena hati kita berbeda dan tidak sama.”

“Aku akan ganti dinar ini menjadi api yang menyala.” Kata Hajjaj.

“Kalau kamu bisa, kamu tak sembah.” Tukas Said.

“Akan kubunuh kamu, dengan cara yang tidak pernah kulakukan pada orang lain. Silahkan pilih, cara apa yang kamu inginkan?” ancam Hajjaj.

“Sebaliknya, kamu pilih cara apa yang kamu inginkan. Demi Allah, cara apapun yang kau gunakan untuk membunuhku, pasti Allah akan membalasnya dengan cara yang sama pada hari kiamat.” Ancam balik Said.

“Bunuh dia!!” perintah Hajjaj.

Kemudian Said menghadap kiblat sambil membaca firman Allah,

وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِي فَطَرَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ حَنِيفًا وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ

“Aku menghadapkan wajahku kepada Dzat yang menciptakan langit dan bumi dengan tunduk. Dan saya bukan termasuk orang musyrikin.” (QS. Al-An’am: 79).

“Hadapkan dia ke selain arah kiblat.” Peritah Hajjaj.

Said membaca firman Allah,

فَأَيْنَمَا تُوَلُّوا فَثَمَّ وَجْهُ اللَّهِ

Kemanapun kalian menghadap, di sana ada wajah Allah. (QS. Al-Baqarah: 79).

“Telungkupkan dia ke tanah.” Perintah Hajjaj.

Said tersenyum dan membaca firman Allah,

مِنْهَا خَلَقْنَاكُمْ وَفِيهَا نُعِيدُكُمْ وَمِنْهَا نُخْرِجُكُمْ تَارَةً أُخْرَى

Dari tanah Kami ciptakan kalian, ke tanah Kami kembalikan kalian, dan dari tanah Kami bangkitkan kalian untuk yang kedua kalinya. (QS. Thaha: 55).

“Sembelih dia.” Perintah Hajjaj.

Seketika itu Said berdoa,

اللهم لا تسلط هذا المجرم على أحد بعدي

“Ya Allah, jangan beri kesempatan orang dzalim ini untuk membunuh seorangpun setelah dia membunuhku.”

Beliau meninggal, wafat untuk beristirahat dari kejahatan penguasa dzalim, dan Allah ijabahi doanya.

Setelah kejadian itu, Hajjaj jatuh sakit. Keluar penyakit kulit di sekujur tubuhnya. Dia sakit sebulan penuh, tidak bisa merasakan makanan dan minuman, dan tidak bisa tidur nyenyak.

Setiap kali dia tidur, dia selalu bermimpi berenang di sungai darah. Dia selalu mengatakan, ‘Bagaimana nasibku dengan Said…bagaimana nasibku dengan Said…’ hingga dia mati.

Ibnu Jarir mengatakan, tahun kematian Said dikenal dengan tahun Ulama. Karena pada tahun itu, banyak ulama Madinah yang wafat. Dimulai dari Ali bin Husain Zainul Abidin (cucu Ali bin Abi Thalib), Urwah bin Zubair, Said bin Musayib, Abdurrahman bin Harits, dan Said bin Jubair. (al-Bidayah wa an-Nihayah, 9/115).

Allahu a’lam.

Ditulis oleh ustadz Ammi Nur Baits
sumber Kisahmuslim.com

Kenapa Hijab?

0




Kenapa ‪HIJAB‬ ?
Aku sayang suamiku...
Istri yang tak menutup aurat dapat
menyeret suaminya ke neraka...

Wanita tanpa jilbab adalah panas...
Wanita dengan jilbab akan cantik...
Itulah mengapa neraka itu panas dan surga itu cantik...
Kecantikan haqiqi bukan dari wajah...
Melainkan cahaya yang keluar dari hatinya...

Duhai ‪‎MUSLIMAH‬
Jika keluar rumah jauh atau dekat...
Jangan lupa memakai jilbab...
Karena sesungguhnya hal itu menghindarkan dari fitnah...

‪BERJILBAB‬ tidak perlu menunggu kesiapan...
Karena ia adalah kewajiban diri...
Hijab untuk melindungi keindahan
muslimah...

Bukan sebagai alat perhiasan...
Hijab itu menjaga, maka berhijablah
dengan sederhana...

Hijab itu melindungi, maka berhijablah yang syar’i...
Mulimah berhijab bukanlah malaikat...
Namun ia sedang proses menuju taat...
Lelaki sholeh pasti tidak akan tertarik

Dengan perempuan yang tidak berjilbab...
‪SECANTIK‬ apapun dia...
Aku berhijab bukan karena aku pintar ilmu agama...
Tetapi aku berhijab karena belajar menaati perintah Allah...


Polwan Cantik Menghapal Alquran 20 juz

0
Hallo Remaja Gaul, Polwan Cantik Bernama Bripda Rizka Munawwaroh, yang merupakan Polwan di Polda Sumatra Selatan (Sumsel) ini terlihat sama seperti polwan kebanyakan. Tetapi siapa sangka, ternyata dara kelahiran Palembang, 15 Agustus 1996, mempunyai kelebihan yakni sudah menghafal Alquran.



Hafalan Alquran dia ternyata sudah hampir 20 juz dan terus menghafal hingga bisa 30 juz.

“Sudah punya niat menghafal Al-Quran sejak SD, tetapi sempat berhenti karena pikirannya saat itu maunya main terus. Jadi setelah SMP, kembali menghafal dan terus dilakukan hingga saat ini,” cerita bungsu dari dua bersaudara dikutip Dream dari laman Facebook Divisi Humas Mabes Polri, Jumat 3 Juli 2015.

Dari hafalan Alquran yang dilakukannya, ia selalu mendapat kemudahan dalam melakukan atau mengikuti tes.

“Punya cita-cita ingin kuliah di Mesir dan sudah ikut tes, setelah itu dapat panggilan. Begitu pula dengan ikut tes polisi dan mendapat panggilan,” ujar Rizka.

Our First Ramadhan

0



.

“Hah? Besok udah mulai puasa?” Pochu, pemuda bersurai pirang itu memanyunkan bibirnya tak percaya.

Sembari memperbaiki jilbabnya, Kyu membalas, “Ya! Eh, ngomong-ngomong, ramadhan kali ini adalah pertama untuk kita ya?”
Pochu mengangguk-angguk mengerti. Tentu saja besok adalah ramadhan pertamanya, mengingat kalau ia mualaf tiga bulan yang lalu bersama sepupunya, Kyu, perempuan keturunan Jepang-Indonesia.

Mereka duduk berdua di bangku taman kota. Terkadang Kyu harus merapikan jilbabnya yang berantakan akibat terpaan angin. Melihat kerepotan sepupunya, Pochu tertawa terbahak-bahak hingga es krim yang tengah disantapnya nyaris terjatuh.
Well, kata teman muslim mereka, duduk berduaan seperti ini tidak boleh. Tetapi Pochu melanggarnya karena teman terdekatnya –yang sekaligus sepupunya— hanyalah Kyu seorang.

Modus.

“Hm...,” Kyu menatap langit dengan sebuah senyuman tipis terukir di paras cantiknya. “Kau mau makan apa pas sahur nanti? Aku yang masak deh!”
“Hah?” Pochu mengangkat satu alisnya tak percaya dan kali ini es krimnya sukses terjatuh menyentuh tanah –yang selanjutnya ia menangis meraung-raung. “Memangnya kau bisa masak?”

Sebuah perempatan imajiner muncul di pojok kanan dahi Kyu. Tangan kanannya terangkat dan dikepal erat. “Kau meremehkanku, sialan!”
Maka terjadilah acara kejar-kejaran antara dua orang tersebut.

[ HARI PERTAMA ]

“Kyu! Cepatlah sedikit! Lama amat,” Pochu mengomel terus-menerus sembari tangannya mengetuk-ketuk meja makan. Kyu yang sedang sibuk membawa 3 piring lauk –jangan tanya bagaimana caranya— langsung naik pitam kala mendengarnya.

“Ngomel mulu! Bantu kek.”

Pochu menopang dagunya dengan satu tangan sementara iris aquamarine-nya melirik Kyu bosan. “Bukannya kau sendiri yang nawarin mau nyiapin sahur?”
Kyu langsung mati kutu.

Mendapati Kyu yang terdiam membatu bak dikutuk oleh ibu menjadi batu, Pochu menyeringai tipis. “Skakmat.”
‘Ni bocah emang minta dibantai ya,’ kira-kira seperti itulah isi hati Kyu sekarang ini.

Lalu Kyu meletakkan ketiga piring lauk diatas meja makan dan mulai makan bersama Pochu. Sebelumnya tidak ada masalah sampai—
“Eh, Kyu. Bukannya adzan shubuh udah lewat sepuluh menit yang lalu ya?”

Kyu mengangguk, mengiyakan pertanyaan atau pernyataan Pochu barusan. Mulutnya mengunyah santapan sahurnya. “Lwalu?” tanyanya di sela-sela kunyahannya.
“Fatimah kan bilang kalau batas sahur itu sampai adzan shubuh ya?”

Keduanya terdiam. Waktu seakan berhenti saat atmosfer di sekitar mereka mendadak menjadi berat. Aura suram keluar dari keduanya.
“Oke, sahur pertama kita gagal.”

Sahur : Mission Failed.

[ HARI KEDUA ]

Sang empunya surai pirang menguap lebar melebihi kuda nil. Pasalnya, Kyu membangunkannya lebih awal dari kemarin. Pukul 03.30.

“Bukankah ini terlalu pagi ya?” Pochu meletakkan kedua tangan diatas meja dan menenggelamkan kepala diantara keduanya.
Mengabaikan kritikan Pochu, Kyu sibuk menata piring-piring yang berisi lauk ke atas meja makan. Tidak lupa segelas air putih untuknya dan Pochu.

Suasana menjadi hening sesaat setelah mereka mulai asyik dalam santapannya masing-masing. Pochu dengan ayam gorengnya dan Kyu dengan sayurannya.
“Sejak kapan kau suka sayuran?” tanya Pochu iseng.

Kyu memutar kedua bola matanya bosan. “Sejak negara api menyerang.”
Entah kenapa, tetapi ucapan Kyu barusan mirip kartun anak-anak yang sering disiarkan di televisi. Tepatnya di channel Gl*bal Tv.

Kalimat diatas bukan bermaksud promosi.
Begitu mereka sudah menyelesaikan sahurnya, kali ini giliran Pochu yang bertugas untuk membereskan semua piring dan gelas kotor kemudian mencucinya. Sejujurnya, Pochu lumayan buruk dalam mencuci sehingga—

PRANG!

Sebuah suara pecahan piring maupun gelas sudah tidak asing di telinga Kyu dan omelan Kyu yang berkecepatan cahaya pun sudah wajar di telinga Pochu.

Sahur : Mission Completed.

Dengan riang, Pochu dan Kyu berjalan berdampingan menuju sekolah mereka yang terletak 300 meter dari rumah mereka. Terkadang lawakan Pochu sukses membuat Kyu tertawa terpingkal-pingkal yang malah membuat orang-orang mengiranya telah gila.

Baru saja selangkah mereka memasuki gerbang sekolah, puluhan penggemar Pochu sudah berderet rapi bak sedang menyambut pangeran. Eits, sebenarnya para penggemar itu memang tengah menyambut pangeran karena Pochu diberikan gelar ‘Pangeran Sekolah’.

Berbanding terbalik dengan Kyu yang menyandang predikat ‘Algojo Sekolah’. Sebuah gelar yang memalukan. Bagaimana Kyu bisa mendapatkan gelar seperti itu? Bayangkan saja Kyu yang tengah mengamuk dan melempar barang-barang tajam ke sembarang arah.
Ya, seperti itulah demonstrasi awalnya. Untuk melihat konten penuhnya, silahkan cabut sehelai rambut coklat 

Kyu dan nikmatilah kejadian selanjutnya.

Terkadang Kyu berdecak kesal saat Pochu mulai menampakkan sifat playboy-nya yaitu dengan melambai ke arah penggemarnya dan mengedipkan salah satu matanya. Maka sejurus kemudian terdengar jeritan-jeritan lebay dari para penggemar itu.
Kedua saudara itu berpisah setelah Pochu mencapai kelasnya dan membiarkan Kyu jalan seorang diri menuju 

kelasnya yang jaraknya tidak dekat dari kelas Pochu.

Fatimah, salah satu teman dekat Kyu, langsung menyambutnya begitu si keturunan Jepang memasuki kelas. “Bagaimana sahurmu, Kyu? Apa kayak kemarin?” terdengar nada ejekan pada dua buah pertanyaan yang dilontarkan oleh Fatimah.
Kyu memandang sebal Fatimah. “Jangan ngejek atau kulempari pisau dapur.”

Ancaman sadis itu sukses membuat Fatimah terkekeh pelan. “Ya, ya. Mari kita ganti topik. Apa kau bawa seragam olahraga? Kamu bisa lari kan? Soalnya tadi Andi nantang buat balap lari.”

“Wah, aku gak bisa lari. Aku lagi ‘M’, jadi gak bisa lari deh. Hehehehe... maaf ya.”
Fatimah mengerjapkan matanya berkali-kali, berusaha mencerna kalimat yang dikatakan oleh Kyu. Sahabatnya yang satu ini memang masih awwam ya.

“K-Kyu... perempuan yang lagi ‘M’ gak boleh pu-puasa.”

Skakmat.

Kyu : Mission Failed.

[ HARI KETIGA ]

Kali ini Pochu nyaris tidak bisa sahur karena Kyu tak membangunkannya. Ia terbangun 10 menit sebelum adzan shubuh, karenanya Pochu hanya dapat makan setengah  porsi dan minum segelas air. Tidak jarang, iris aquamarine-nya melirik sekilas ke kamar Kyu yang hari ini auranya suram sekali.

Lega rasanya ketika adzan shubuh sudah terdengar bertepatan dengan Pochu yang telah menghabiskan sahurnya –ya, meski hanya setengah. Namun seakan ditimpa kata ‘KARMA’ akibat menertawakan Kyu habis-habisan kemarin siang, Pochu mendadak menggila dengan menggaruk-garuk tembok.

Kenapa dia? Oh, dia kebelet BAB.

Kyu keluar dari kamarnya akibat suara raungan yang tak kunjung henti, mana volume-nya bukan main lagi, memekakkan telinga. Lalu yang terjadi selanjutnya adalah ia mendapati Pochu tengah—

‘TUNGGU HEI! APA-APAAN POSISI ITU—‘ Kyu menjerit dalam hati.

Pochu seperti sedang bersujud tetapi bokongnya agak dinaikkan keatas. Kedua tangannya menjambak rambut pirangnya sendiri. Mengerikan.
Siapa yang tidak malu sih kalau mendapati ada orang dengan posisi demikian?

Rasa panas mulai menjalar di pipi si gadis keturunan Jepang. Refleks, kedua tangannya terangkat dan dipakainya untuk menutupi pandangannya.

“He-Hei! P-Pochu! He-Hentikan posisi itu!”
Seketika Pochu mendongakkan kepalanya dan mencari asal suara. “Gggak bisa, ugh!”
“Me-memangnya kamu kenapa?!”
“Nahan BAB!”

Hening. Hanya terdengar suara jangkrik mengerik.
Krik. Krik. Krik. Krik. Krik.

“Po-Pochu...,” nada bicara Kyu menjadi rendah. “Kalau lagi puasa, BAB dan BAK itu boleh—“

Belum sempat Kyu menyelesaikan kalimatnya, sang pemuda bersurai pirang sudah bertelepotasi menuju kamar mandi. Di dalam kamar mandi, Pochu bergumam kecil, “ BAB : Mission Completed.”

 ~ End ~